FENOMENA FATHER HUNGER, APAKAH ITU?
Pernahkah sahabat mendengar istilah “Father Hunger” atau Lapar Ayah?
Di Indonesia sendiri fenomena ini disebut sebagai Fatherless Country. Saat ini, banyak keluarga yang terjangkit fenomena ini. Salah satu sebabnya karena sosok kepala keluarga kurang banyak berperan dalam pendidikan anak di usia dini.
Fenomena “Father Hunger” ini dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Ketidakhadiran sang ayah secara fisik, misalnya: ayah yang bercerai dengan ibu atau meninggal dunia
2. Ayah yang hadir, tetapi tidak banyak terlibat. Meski tinggal serumah, tetapi ia tidak memiliki banyak waktu untuk bergaul dengan anak-anak.
Seperti yang kita ketahui jika ayah merupakan sosok yang sangat istimewa, di dalam kekuatannya terdapat kelembutan. Di dalam ketegasannya terdapat kasih sayang yang tak terkira. Di dalam diamnya terdapat amarah, namun dibalik amarahnya cinta beliau begitu besar.
Lalu Apa Manfaat Ketika Anak Dekat Dengan Ayahnya?
Anak yang dekat dengan ayahnya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak-anak, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun ketika seorang ayah bisa menjalankan perannya, maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman baginya.
Dampak Dari Fenomena “Father Hunger”?
Fenomena Father Hunger ini mengakibatkan sang anak akan memiripkan dirinya dengan peran yang dilakukan ibunya. Terlebih, seperti yang kita ketahui jika peran guru di Taman kanak-kanak atau PAUD mayoritas dipegang oleh perempuan. Ini kemudian menambah perbendahraan daftar figure perempuan untuk ditiru anak lelaki.
Kebanyakan ayah cenderung terlalu sedikit menghabiskan waktunya dengan anak atau hubungannya dengan anak berjarak hanya dalam batas komunikasi. Kemudian anak akhirnya hafal dengan kata-kata ayahnya seperti, “belajar”, “makan”, Tidur”, dan lain-lain. Akan tetapi ayahnya tidak pernah menjadi contoh yang nyata. Hal ini membuat anak cenderung menghindar karena bosan dengan sikap ayah.
Dampak lain yaitu:
1. Kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan luar.
2. Timbul rasa minder
3. Melenceng dari Orientasi Seksual (Misal: gay)
4. Kesulitan dalam belajar
5. Perasa/susah mengambil keputusan
BAGAIMANA ISLAM MENGATASI FENOMENA INI?
Berdasarkan QS. Al Baqoroh ayat 33 menyatakan, “Apakah Yaqub berpesan pada anaknya agar kalian beragama yahudi? Di ayat ini tidak ada perintah menuhankan uzair, namun yang ada ialah kami akan menyembah tuhannya ayah dan tuhannya nenek moyang ayah (nenek moyang ayah yaitu; Ibrahim, Ismail, Ishaq,) ini adalah penanaman tauhid pada anak.
Diceritakan pula, suatu ketika Rasulullah SAW sedang shalat. Kemudian Hasan dan Kusain menganggunya. Namun ia tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yanga masih anak-anak. Sebab, bagi Nabi setiap waktu bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik termasuk ketika shalat.
Lalu Apa Yang Harus Kita Lakukan Terkait Fenomena “Father Hunger” ini?
Sebagai sosok ayah, hal yang perlu kita lakukan adalah:
Ketika seorang ayah juga bekerja, maka dia harus pintar-pintar dalam memanajemen waktu (multi peran) serta melibatkan anak ke dalam kegiatan kita (bila memungkinkan). MEMBERIKAN stimulus pagi hari. Berdasarkan penelitian, anak akan termotivasi menjadi sosok orang yang akan membangunkan dia di pagi hari. Anak yang dibangunkan oleh ayah akan lebih sukses daripada oleh ibunya. Karena, di mindset anak ayah adalah sosok penuh challenge. Kemudian hal yang patut kita ketahui adalah bacakan hadist, bisikan cinta dan kasih sayang, alunan ayat tetap bisa didengarkan oleh sang anak.
Dari penjelasan di atas diharapkan, para ayah bisa mengambil hikmah dan mulai menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena anak-anak kita sangat membutuhkan sosok ayah yang pemberani. Berani mengorbankan waktunya untuk anak-anaknya. Berani mengorbankan waktunya untuk anak-anaknya. Dan berani juga mengorbankan hobinya untuk meluangkan waktu untuk anaknya.
Novita Tri, sumber Asli: http://sekolahumroh.com/fenomena-father-hunger/
Pernahkah sahabat mendengar istilah “Father Hunger” atau Lapar Ayah?
Di Indonesia sendiri fenomena ini disebut sebagai Fatherless Country. Saat ini, banyak keluarga yang terjangkit fenomena ini. Salah satu sebabnya karena sosok kepala keluarga kurang banyak berperan dalam pendidikan anak di usia dini.
Fenomena “Father Hunger” ini dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Ketidakhadiran sang ayah secara fisik, misalnya: ayah yang bercerai dengan ibu atau meninggal dunia
2. Ayah yang hadir, tetapi tidak banyak terlibat. Meski tinggal serumah, tetapi ia tidak memiliki banyak waktu untuk bergaul dengan anak-anak.
Seperti yang kita ketahui jika ayah merupakan sosok yang sangat istimewa, di dalam kekuatannya terdapat kelembutan. Di dalam ketegasannya terdapat kasih sayang yang tak terkira. Di dalam diamnya terdapat amarah, namun dibalik amarahnya cinta beliau begitu besar.
Lalu Apa Manfaat Ketika Anak Dekat Dengan Ayahnya?
Anak yang dekat dengan ayahnya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak-anak, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun ketika seorang ayah bisa menjalankan perannya, maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman baginya.
Dampak Dari Fenomena “Father Hunger”?
Fenomena Father Hunger ini mengakibatkan sang anak akan memiripkan dirinya dengan peran yang dilakukan ibunya. Terlebih, seperti yang kita ketahui jika peran guru di Taman kanak-kanak atau PAUD mayoritas dipegang oleh perempuan. Ini kemudian menambah perbendahraan daftar figure perempuan untuk ditiru anak lelaki.
Kebanyakan ayah cenderung terlalu sedikit menghabiskan waktunya dengan anak atau hubungannya dengan anak berjarak hanya dalam batas komunikasi. Kemudian anak akhirnya hafal dengan kata-kata ayahnya seperti, “belajar”, “makan”, Tidur”, dan lain-lain. Akan tetapi ayahnya tidak pernah menjadi contoh yang nyata. Hal ini membuat anak cenderung menghindar karena bosan dengan sikap ayah.
Dampak lain yaitu:
1. Kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan luar.
2. Timbul rasa minder
3. Melenceng dari Orientasi Seksual (Misal: gay)
4. Kesulitan dalam belajar
5. Perasa/susah mengambil keputusan
BAGAIMANA ISLAM MENGATASI FENOMENA INI?
Berdasarkan QS. Al Baqoroh ayat 33 menyatakan, “Apakah Yaqub berpesan pada anaknya agar kalian beragama yahudi? Di ayat ini tidak ada perintah menuhankan uzair, namun yang ada ialah kami akan menyembah tuhannya ayah dan tuhannya nenek moyang ayah (nenek moyang ayah yaitu; Ibrahim, Ismail, Ishaq,) ini adalah penanaman tauhid pada anak.
Diceritakan pula, suatu ketika Rasulullah SAW sedang shalat. Kemudian Hasan dan Kusain menganggunya. Namun ia tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yanga masih anak-anak. Sebab, bagi Nabi setiap waktu bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik termasuk ketika shalat.
Lalu Apa Yang Harus Kita Lakukan Terkait Fenomena “Father Hunger” ini?
Sebagai sosok ayah, hal yang perlu kita lakukan adalah:
Ketika seorang ayah juga bekerja, maka dia harus pintar-pintar dalam memanajemen waktu (multi peran) serta melibatkan anak ke dalam kegiatan kita (bila memungkinkan). MEMBERIKAN stimulus pagi hari. Berdasarkan penelitian, anak akan termotivasi menjadi sosok orang yang akan membangunkan dia di pagi hari. Anak yang dibangunkan oleh ayah akan lebih sukses daripada oleh ibunya. Karena, di mindset anak ayah adalah sosok penuh challenge. Kemudian hal yang patut kita ketahui adalah bacakan hadist, bisikan cinta dan kasih sayang, alunan ayat tetap bisa didengarkan oleh sang anak.
Dari penjelasan di atas diharapkan, para ayah bisa mengambil hikmah dan mulai menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena anak-anak kita sangat membutuhkan sosok ayah yang pemberani. Berani mengorbankan waktunya untuk anak-anaknya. Berani mengorbankan waktunya untuk anak-anaknya. Dan berani juga mengorbankan hobinya untuk meluangkan waktu untuk anaknya.
Novita Tri, sumber Asli: http://sekolahumroh.com/fenomena-father-hunger/
Komentar
Posting Komentar