Pernahkah kita merasakan sebuah kondisi dimana harus memilih?
Pernah juga pastinya kita bingung dalam menentukan mana yang terbaik untuk kita ke depannya?
Pasti juga kita pernah salah mengambil keputusan karena peran pikiran kita lebih dominan?
Atau sebaliknya, karena peran perasaan kita lebih dominan maka kita mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan?
Sungguh, tiada daya dan upaya semuanya hatus dikembalikan kepada Sang Maha Mengetahui, baik buruknya untuk kita ke depannya.
Libatkan selalu Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena sejatinya keputusan yang terbaik adalah petunjuk dari-Nya.
Saya pernah bertemu dengan seseorang yang selalu menggunakan logika pikirannya untuk mengambil keputusan apapun itu. Hingga akhirnya dia menjadi orang yang saklek (konsisten) atas apa yang dipikirkannya, seolah perasaannya tidak pernah dilibatkan dan dianggap ada. Hal ini menjadikan dia jauh dari lingkungan sosialnya, lingkungan keluarganya dan lingkungan masyarakatnya. Setiap hari dia bekerja, sampai akhirnya dia dengan keluarganya tak pernah bisa bercengkerama karena pekerjaannya.
Namun dibalik kehebatan logika dan pikirannya, ternyata ada hal yang membuatnya merasa tidak lengkap. Iya, perasaannya tidak pernah diajak untuk bertemu dan melepas lelah bersama keluarga, istilah zaman sekarang adalah dia kurang piknik. Akibatnya adalah pola pikir dia semua orang dianggap sama bahwa hidupnya untuk mengejar materi. Padahal banyak orang yang bekerja untuk memenuhi kebahagiaan hatinya.
Pernah juga saya bertemu dengan orang yang selalu menggunakan perasaannya, dia selalu merasa kasihan kepada orang lain dan tidak pernah bisa mengucapkan kata "tidak" ketika diminta bantuannya.
Akhirnya, dia juga terbebani dan merasa tidak nyaman dengan hidupnya. Apalagi jika menyangkut masalah finansial, dia selalu membantu orang lain. Padahal dia sendiri kekurangan.
Nah, di sini peran kita sebagai makhluk yang diberikan kelebihan sempurna oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi-Nya. Apakah bentuk peran kita tersebut? Jawabannya adalah menyeimbangkan antara logika dan perasaan. Pikirkan terlebih dahulu menurut logika kita baik buruknya, baru setelah itu gunakan perasaan kita sebagai penyeimbangnya.
Ingat, ada bagian dalam diri kita yang jika dia baik maka semuanya akan baik, iya, itulah HATI.
Salam Pembelajar,
#imr
Pernah juga pastinya kita bingung dalam menentukan mana yang terbaik untuk kita ke depannya?
Pasti juga kita pernah salah mengambil keputusan karena peran pikiran kita lebih dominan?
Atau sebaliknya, karena peran perasaan kita lebih dominan maka kita mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan?
Sungguh, tiada daya dan upaya semuanya hatus dikembalikan kepada Sang Maha Mengetahui, baik buruknya untuk kita ke depannya.
Libatkan selalu Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena sejatinya keputusan yang terbaik adalah petunjuk dari-Nya.
Saya pernah bertemu dengan seseorang yang selalu menggunakan logika pikirannya untuk mengambil keputusan apapun itu. Hingga akhirnya dia menjadi orang yang saklek (konsisten) atas apa yang dipikirkannya, seolah perasaannya tidak pernah dilibatkan dan dianggap ada. Hal ini menjadikan dia jauh dari lingkungan sosialnya, lingkungan keluarganya dan lingkungan masyarakatnya. Setiap hari dia bekerja, sampai akhirnya dia dengan keluarganya tak pernah bisa bercengkerama karena pekerjaannya.
Namun dibalik kehebatan logika dan pikirannya, ternyata ada hal yang membuatnya merasa tidak lengkap. Iya, perasaannya tidak pernah diajak untuk bertemu dan melepas lelah bersama keluarga, istilah zaman sekarang adalah dia kurang piknik. Akibatnya adalah pola pikir dia semua orang dianggap sama bahwa hidupnya untuk mengejar materi. Padahal banyak orang yang bekerja untuk memenuhi kebahagiaan hatinya.
Pernah juga saya bertemu dengan orang yang selalu menggunakan perasaannya, dia selalu merasa kasihan kepada orang lain dan tidak pernah bisa mengucapkan kata "tidak" ketika diminta bantuannya.
Akhirnya, dia juga terbebani dan merasa tidak nyaman dengan hidupnya. Apalagi jika menyangkut masalah finansial, dia selalu membantu orang lain. Padahal dia sendiri kekurangan.
Nah, di sini peran kita sebagai makhluk yang diberikan kelebihan sempurna oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi-Nya. Apakah bentuk peran kita tersebut? Jawabannya adalah menyeimbangkan antara logika dan perasaan. Pikirkan terlebih dahulu menurut logika kita baik buruknya, baru setelah itu gunakan perasaan kita sebagai penyeimbangnya.
Ingat, ada bagian dalam diri kita yang jika dia baik maka semuanya akan baik, iya, itulah HATI.
Salam Pembelajar,
#imr
Komentar
Posting Komentar