Fenomena yg umum terjadi pada keluarga muda adalah berlomba bekerja mengais rezqi di ibukota. Walau di desa udara lebih segar, tanah lebih murah, makanan alami mudah diperolah dll namun bagi mereka tidak ada pilihan selain menjajakan ijasahnya untuk mengadu nasib di ibukota, karena sistem persekolahan telah membuat mereka tak mampu tinggal di desa.
Keluarga muda yg memilih bekerja di ibukota, dan "tanpa warisan", sudah pasti hanya mampu membeli atau mencicil sebidang tanah dan rumah di pinggiran kota atau bahkan jauh melewati batas kota.
Konsekuensinya adalah harus ke tengah kota setiap hari, berkompetisi di jalanan dgn jutaan urban yg harus sampai di kantor di tengah kota sebelum pukul 8 pagi. Tentu saja agar tidak terlambat, mereka harus berangkat gelap gelap sebelum anak bangun.
Pulang dari kantor dari tengah kota ke pinggiran kota, kondisinya tak jauh berbeda, kali ini mereka bisa lebih memilih untuk tidak berdesakan di angkutan masal atau berlama lama macet di jalan, dengan cara pulang ba'da sholat Isya. Bisa wasting time saja, bisa juga nambah uang lembur. Walhasil sampai rumah, paling cepat pukul 9 malam, tentu anak sudah tidur.
Secara fitrah, sesungguhnya kehidupan bekerja atau berbisnis (worklilfe atau business life) sesungguhnya hanya 1/8 dari kehidupan yg manusia jalani. Namun kita menghabiskan waktu hidup dari senin sampai jumat, hanya utk yg 1/8 itu.
Lalu 7/8 peran kehidupan lainnya, seperti family life, social life, aesthetic life, growth life dstnya kita tumpahkan du Sabtu dan Ahad. Pantas saja kemudian hidup kita menjadi tak seimbang dan tak bahagia, karena menyalahi fitrah manusia. Maraknya KDRT, perceraian dll diakibatkan kehidupan yg tak seimbang ini.
Lalu tanpa sadar, anak anak mereka telah menjadi yatim sebelum waktunya. Bahkan istri sudah menjadi janda juga sebelum waktunya. Maka maraknya anak anak yg gagal asuh atau gagal didik menjadi konsekuensinya.
Fatherless dan atau Motherless adalah akar penyebab tumbuhnya generasi yang buruk. Anak anak mereka hanya mengenal bangku sekolahan sebagai satu satunya tempat penitipan pendidikan masa depannya.
Anak anak yg tumbuh dengan cara seperti ini, kelak juga akan melakukan hal yang sama. Mereka juga akan berfikir untuk bekerja di kota dan.... tinggal lebih jauh lagi di pinggiran, lalu kelak anak anak mereka akan mengalami hal yg sama, fatherless dan atau motherless.
Maka siklus kezhaliman ini harus kita putus, kita harus berani membuat perubahan untuk kebaikan keturunan kita kelak.
Orientasi orangtua kita dahulu umumnya adalah perbaikan ekonomi, paska perang dunia dan perang revolusi bangsa ini terpuruk secara ekonomi, lalu semua orangtua pada masa itu berfikir agar anak anak mereka bisa "sugih", dan satu satu cara adalah bersekolah setinggi mungkin dan tinggal di kota, jangan seperti emak bapaknya yg hidup susah di desa.
Tapi zaman sudah berubah, jangan salahkan orangtua kita di masa lalu yg membuat kita melayang layang di ibukota dengan kondisi di atas, maafkan mereka, syukuri nikmat yg Allah berikan pada mereka, jadikan khazanah kekayaan hikmah hidup kita.
Sekarang mari fokus pada anak anak kita, persiapkan untuk masa depan dengan kehidupan lebih seimbang, anak anak kita tak boleh punya orientasi "sugih" seperti kita, mereka harus berorientasi hidup lebih bermakna dan bahagia (meaningful life based on fitrah)
Lalu Bagaimana Solusinya?
AlQuran memberi Solusi. Berhentilah sejenak dari semua hiruk pikuk rutinitas kehidupan kota yg tak kunjung selesai. Dengarkan dengan hati kegalauanmu dan kegelisahanmu, Allah sedang berbicara padamu. Selambatnya sebelum Usia 40, Allah menyuruh untuk melakukan 3 hal
1. Syukuri Nikmat kepada Orangtua. Berhenti menyalahkan mereka, maafkan mereka, peluk mereka. jadikan khazanah kekayaan hikmah hidup kita. Mereka telah berbuat yg terbaik sesuai kondisi zamannya. Yg baik lanjutkan, yg buruk ambil hikmahnya. Jika dahulu orientasi bahagia adalah "sugih" hidup di kota, kini geser orientasinya menjadi hidup bermakna dan punya misi hidup sesuai fitrah
2. Rancanglah "Amal Shalih yg Allah Ridhai". Petakan seberapa bahagia kehidupan hari ini dalam 8 aspek kehidupan sesuai fitrah. Tandai hal hal yg tak membuat bahagia, lalu temukan solusinga. Rancanglah perencanaan untuk beberapa tahun ke depan
Rancanglah juga Misi Keluarga, dan perlahan jadilan Bisnis Keluarga dan manfaatkan online untuk menjalankannya. Sehingga apabila berencana utk kembali ke desa, mereka bisa tetap berbisnis atau bekerja online.
3. Memperbaiki diri agar bisa memberi pengasuhan lebih baik untuk anak dan keturunan. Upayakan memenuhi hak hak mereka dengan menyeimbangkan kehidupan orangtuanya. Rancang kurikulum keluarga agar anak anak kelak mampu melanjutkan misi keluarga ayahbundanya.
Salam Pendifikan Masa Depan
Copast: "WhatsApp Group"
Komentar
Posting Komentar